-->
MKcFF1HGV2DPvVbWNgdht7btX7dQr3BVPEQS9h6n

Kisah Seorang Pemuja Siluman Buaya

Cerita ini dimulai ketika saya masih menjalani masa-masa kuliah di sebuah universitas swasta di Cirebon. Hidup sebagai mahasiswa tentu penuh perjuangan, dan demi membiayai kebutuhan sehari-hari, saya bekerja sebagai kameramen di sebuah studio foto dan video. Studio tempat saya bekerja ini sering menerima job untuk mendokumentasikan acara pernikahan, khitanan, dan berbagai acara lainnya.

Lokasi studio ini tidak jauh dari rumah saya di kampung, sehingga pekerjaan ini menjadi pilihan terbaik bagi saya. Namun, pekerjaan ini juga penuh tantangan, terutama ketika musim hajatan tiba, seperti setelah panen padi. Di Cirebon, musim hajatan adalah momen sibuk bagi kami.

Pekerjaan Membawa Saya ke Perbatasan

Mei 2013 menjadi salah satu bulan yang tak akan pernah saya lupakan. Pada bulan itu, studio kami kebanjiran job, dan salah satunya membawa saya ke daerah perbatasan antara Cirebon dan Kuningan. Lokasi ini terkenal terpencil, berada di kawasan pesawahan kaki Gunung Ciremai. Saya ingat, hari itu saya harus pergi sendirian karena rekan-rekan kerja dibagi ke tempat lain.

Jalan menuju lokasi cukup menantang, penuh tanjakan dan tikungan. Namun, saya tetap berangkat dengan motor Honda Blade kesayangan. Setelah kurang lebih dari 2 jam perjalanan, saya akhirnya tiba di lokasi. Pemandangan rumah megah tuan hajat langsung menyita perhatian saya. Bangunan besar itu tampak seperti istana di tengah pesawahan.

Namun, ada hal ganjil yang saya rasakan. Meskipun dekorasi mewah dan makanan melimpah tersedia, para tamu tampak tidak terlalu antusias. Mereka datang, memberi amplop, berjabat tangan, lalu pergi. Bahkan, yang makan hanya segelintir orang, itu pun terlihat terpaksa.

Peringatan dari Tetangga

Saat istirahat siang, saya dan tim musik tarling dari Indramayu memilih untuk makan di luar. Seorang tetangga tuan hajat memberi peringatan:

"Mas, kalau bisa sampean jangan mengambil makanan dari hajatan itu. Kabarnya, pemiliknya menggunakan pesugihan. Kalau kita makan, takutnya ikut terkena dampaknya."

Mendengar itu, saya sempat merinding. Tapi, pekerjaan tetap harus jalan. Malam itu, acara puncak dimulai dengan hiburan musik tarling dangdut. Panggung penuh cahaya lampu dan suara musik menggema di seluruh desa.

Keanehan Dimulai

Sekitar pukul 00.00 WIB, saat drama tarling dengan judul "Pintu Hitam" hendak dimulai, keanehan mulai terjadi. Drama ini berkisah tentang seorang menantu yang dihina mertua hingga akhirnya meminta bantuan siluman buaya untuk menjadi kaya. Ironisnya, setelah kaya raya, si menantu menghilang dengan cara menceburkan diri ke Kali Cimanuk.

Saat narasi cerita selesai dibacakan oleh pembawa acara, tiba-tiba listrik mati total. Diesel yang menjadi sumber listrik panggung pun ikut mati. Malam yang tadinya penuh gemerlap berubah menjadi gelap gulita. Di luar panggung, hujan deras disertai angin kencang dan petir membuat suasana semakin mencekam.

Namun, yang paling mengejutkan adalah ketika saya melihat bapak tuan hajat keluar dari rumah. Ia merangkak di halaman seperti seekor buaya, dengan gerakan yang tidak wajar. Matanya kosong, tubuhnya basah kuyup, dan suara erangan keluar dari mulut bapak tua tersebut.

Mengabadikan Kejadian Aneh

Rasa takut bercampur penasaran membuat saya tetap berada di panggung, sementara yang lain berlarian menyelamatkan alat-alat musik. Saya segera mengambil handycam yang sudah saya simpan di tas. Dengan mode infra merah, saya merekam kejadian itu.

Selama sekitar 30 menit, bapak itu terus merangkak di tanah. Tidak ada yang berani mendekat, bahkan keluarganya hanya memandangi dari jauh. Setelah hujan reda, ia dituntun masuk kembali ke rumah oleh istri dan kerabatnya.

Saya pulang ke studio dengan perasaan campur aduk. Sampai di sana, saya segera memindahkan video ke komputer untuk proses editing. Namun, saat memutar bagian kejadian misterius itu, hasil rekaman saya benar-benar kosong, hanya layar hitam tanpa suara.

Makna di Balik Kejadian

Pengalaman itu meninggalkan banyak pertanyaan di benak saya. Apakah bapak itu benar-benar memuja siluman buaya? Apakah hartanya yang melimpah berasal dari pesugihan? Hingga hari ini, saya tidak pernah tahu jawabannya.

Namun, satu hal yang pasti, kejadian itu mengajarkan saya untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi sesuatu yang tak kasat mata. Sebagai manusia, kita hanya bisa berusaha dan berdoa agar dijauhkan dari hal-hal buruk.

Refleksi Akhir

Sekarang, saya sudah meninggalkan profesi sebagai kameramen dan bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan logistik di Cikarang, Bekasi. Meski demikian, pengalaman ini tetap menjadi cerita yang selalu saya ingat.

Bagi pembaca setia blog Cerita Misteri, kisah ini saya bagikan sebagai pengingat bahwa di dunia ini ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika. Semoga kisah ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga pelajaran bagi kita semua.

Bagaimana menurut kamu? Apakah pengalaman ini juga mengingatkan kamu pada kejadian serupa? Tuliskan pendapat kamu di kolom komentar!

DONASI VIA PAYPAL Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain www.ceritamisteri.com. Terima kasih.

Posting Komentar