MKcFF1HGV2DPvVbWNgdht7btX7dQr3BVPEQS9h6n

Pembuatan Tosan Aji : Tradisi Jawa dan Ritual Pembuatan Keris

Pembuatan tosan aji dalam masyarakat Jawa bukan sekadar proses membuat alat senjata perang. Lebih dari itu, proses ini merupakan simbol kesatuan antara manusia dan Tuhan. Tosan aji, atau keris, adalah pusaka yang tidak hanya dipandang sebagai senjata, tetapi juga sebagai media spiritual yang menyimpan energi dan makna mendalam.

Proses pembuatan tosan aji melibatkan berbagai ritual dan upacara yang memiliki tujuan untuk menciptakan keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan. Cerita Misteri akan membahas secara mendalam mengenai tradisi Jawa dalam pembuatan tosan aji, serta pentingnya ritual pembuatan keris dan upacara Mbabar Karampungan.

Proses Pembuatan Tosan Aji

1. Upacara Selamatan dalam Pembuatan Tosan Aji

Proses pembuatan tosan aji dimulai dengan pemilihan bahan baku yang memiliki energi spiritual. Sebelum proses penempaan dimulai, berbagai upacara selamatan dilakukan untuk memohon keselamatan dan kekuatan spiritual. Upacara ini bertujuan agar proses pembuatan pusaka berlangsung dengan lancar dan hasilnya sesuai harapan. Setiap tahapan dari proses pembuatan tosan aji melibatkan pemahaman mendalam mengenai keseimbangan energi, baik itu dari segi spiritual maupun alamiah.

Pemotongan Tumpeng Slametan
Pemotongan tumpeng selamatan : Dok. Pribadi

Saat besi ditempa, empu -sebutan untuk pembuat keris- mengungkapkan harapannya melalui simbol pamor yang terdapat pada tosan aji. Pamor ini bukan sekadar hiasan, tetapi merupakan simbol harapan spiritual bagi pemilik pusaka. Melalui pamor, empu menyampaikan doa dan harapan agar pusaka tersebut dapat membawa kebaikan dan keberuntungan.

Proses Penempaan Keris Pusaka
Proses Penempaan Keris Pusaka : Dok. Pribadi

2. Tahapan Pembuatan Pusaka

Tahapan pembuatan tosan aji terdiri dari beberapa proses penting yang memerlukan keterampilan dan ketelitian. Proses ini dimulai dari pemilihan bahan baku, seperti besi dan logam lainnya, yang memiliki kualitas baik dan sesuai dengan tujuan pembuatan pusaka. Bahan baku tersebut kemudian diproses melalui berbagai tahap, termasuk pemanasan, penempaan, dan pembentukan.

Setelah bahan baku diproses, tahapan selanjutnya adalah pengukiran dan pemasangan pamor. Pamor adalah motif atau pola yang diukir pada permukaan tosan aji, yang memiliki makna khusus dan merupakan bagian penting dari ritual pembuatan keris. Proses ini memerlukan keterampilan dan pengalaman, serta pemahaman mendalam mengenai makna setiap simbol yang diukir.

3. Ritual Mbabar Karampungan

Pada tahap akhir pembuatan tosan aji, upacara ritual yang dikenal sebagai Mbabar Karampungan dilaksanakan. Upacara ini adalah bentuk ungkapan rasa syukur atas selesainya proses pembuatan pusaka. Ritual ini merupakan bagian integral dari tradisi Jawa, yang menekankan pentingnya hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Upacara Ritual Mbabar Karampungan
Upacara Ritual Mbabar Karampungan : Dok. Pribadi

Upacara Mbabar Karampungan biasanya dilakukan dengan cara yang sangat sakral dan megah. Selama upacara, berbagai sesaji seperti ayam panggang, bebek panggang, buah-buahan, tumpeng kuning, dan gunungan dipersembahkan. Sesaji ini merupakan simbol ungkapan rasa syukur dan harapan agar pusaka yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan keberuntungan bagi pemiliknya.

Tradisi Jawa dalam Pembuatan Tosan Aji

1. Filosofi dan Makna Pembuatan Tosan Aji

Tradisi Jawa dalam pembuatan tosan aji melibatkan filosofi dan makna yang mendalam. Pembuatan tosan aji bukan hanya sekadar proses teknis, tetapi juga merupakan bentuk hubungan spiritual antara manusia dan Tuhan. Setiap detail dalam proses pembuatan pusaka, dari pemilihan bahan baku hingga upacara ritual, memiliki makna simbolis yang mendalam.

Contohnya, pemilihan bahan baku seperti besi dan logam lainnya tidak sembarangan. Bahan-bahan tersebut dipilih berdasarkan kualitas spiritualnya, yang diyakini dapat mempengaruhi energi dan kekuatan pusaka. Selain itu, setiap simbol dan motif yang diukir pada tosan aji juga memiliki makna tersendiri, yang mencerminkan harapan dan doa empu.

2. Contoh Kasus : Padepokan Keris Gondangreja

Salah satu contoh penerapan tradisi Jawa dan ritual pembuatan keris dapat dilihat dari kegiatan Mpu Basuki Yuwono di Padepokan Keris Gondangreja. Mpu Basuki adalah seorang empu yang dikenal karena keterampilannya dalam pembuatan tosan aji. Di Padepokan Keris Gondangreja, upacara Mbabar Karampungan merupakan salah satu ritual yang dilakukan dengan sangat teliti dan sakral.

Mpu Basuki memakai pakaian Putih
Mpu Basuki Memakai pakaian Putih : Dok. Pribadi

Mpu Basuki menjelaskan bahwa ritual Mbabar Karampungan merupakan bentuk ungkapan rasa syukur atas selesainya pembuatan pusaka. Ritual ini dilakukan dengan melibatkan berbagai sesaji dan upacara yang mencerminkan keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan. Selain itu, Mpu Basuki juga menjelaskan pentingnya pemilihan bahan baku dan simbol-simbol yang digunakan dalam pembuatan tosan aji.

Keris Kanjeng Kiai Ageng dan Keris Kiai Sabukinten

Dua contoh keris yang sangat terkenal dalam sejarah Jawa adalah Keris Kanjeng Kiai Ageng dan Keris Kiai Sabukinten. Kedua keris ini tidak hanya dikenal karena keindahannya, tetapi juga karena makna spiritual dan historis yang mendalam.

Pusaka Kanjeng Kiai Ageng dibuat secara khusus untuk Presiden Jokowi. Keris ini dibuat dengan dapur Pandawa Cinarita, luk 5. Dapur Pandawa Cinarita melambangkan harapan agar Presiden Jokowi mampu berperan sebagai seorang dalang yang dapat menciptakan cerita-cerita indah bagi perjalanan bangsa. Setiap pamor yang diukir pada keris ini mengandung doa dan harapan agar beliau dapat memimpin dengan kebijaksanaan dan membawa kemakmuran bagi Indonesia.

Keris kanjeng kiai dan Keris Kiai Sabukinten
Keris kanjeng kiai dan Keris Kiai Sabukinten : Dok. Pribadi

Keris Kiai Sabukinten dibuat khusus untuk Wakil Presiden. Keris ini memiliki luk 11 dengan pamor yang sama seperti Keris Kanjeng Kiai Ageng, yaitu Netra Sewu (mata seribu). Pamor Netra Sewu melambangkan kemampuan seorang pemimpin untuk melihat dengan banyak mata, memiliki penglihatan yang tajam dan luas, serta mampu merasakan apa yang dirasakan oleh seluruh rakyat dari Sabang hingga Merauke. Dengan demikian, diharapkan Wakil Presiden dapat turut serta dalam membawa kejayaan bagi negeri ini.

Menurut Mpu Basuki, pamor Netra Sewu diciptakan melalui proses penempaan dengan cara pidhakan, sehingga tercipta guratan pamor seperti bentuk mata. Mpu Totok Brojodiningrat, salah satu empu yang turut membantu dalam proses pembuatan pusaka, menamai pamor ini sebagai Netra Sewu.

Lebih jauh, Mpu Basuki menjelaskan bahwa kedua pusaka tersebut diyakini memiliki banyak lambang dan filosofi serta energi spiritual yang sangat kuat. Warangka atau sarung keris dibuat dari kayu kenari dengan gaya ladrang. Kayu kenari dipilih karena memiliki filosofi keselamatan hidup dalam satu kehidupan di dalam masyarakat luas, bernegara, dan di alam semesta. Kayu kenari juga melambangkan lima P yang merupakan konsep bernegara dalam filosofi Jawa: Para, Pura, Puri, Purane, dan Per-Mpu an. Para berarti siapapun yang terpilih menjadi pemimpin harus dihormati, karena dialah yang mengatur jalannya pemerintahan.

Pembuatan tosan aji merupakan proses yang kaya akan nilai spiritual dan tradisi. Setiap tahap, termasuk upacara Mbabar Karampungan, merupakan bagian integral dari ritual pembuatan keris yang mencerminkan kedekatan antara manusia dengan Tuhan dan alam. Memahami dan melestarikan tradisi Jawa ini tidak hanya menjaga warisan budaya tetapi juga memperkuat hubungan spiritual. Dengan demikian, pembuatan tosan aji tidak hanya memiliki nilai estetika tetapi juga makna spiritual yang mendalam, yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Posting Komentar