MKcFF1HGV2DPvVbWNgdht7btX7dQr3BVPEQS9h6n

Penyebaran Mpox dan Langkah Pencegahan Penting

Mpox atau yang lebih dikenal dengan cacar monyet mungkin terdengar seperti penyakit dari masa lalu, namun kini kembali menjadi perhatian dunia.

Dengan 88 kasus terkonfirmasi di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan, penyakit ini membuat banyak orang bertanya-tanya. Apa itu Mpox?

Mengapa penyakit yang selama ini jarang terdengar tiba-tiba muncul kembali di zaman modern? Dan yang lebih penting, bagaimana cara kita melindungi diri dari penyakit ini?

Mpox merupakan penyakit zoonosis, yang artinya penyakit ini berasal dari hewan dan bisa menular ke manusia. Virus yang menyebabkan Mpox berasal dari genus Orthopoxvirus, yang juga mencakup virus variola, penyebab cacar biasa.

Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada monyet di laboratorium pada tahun 1958, yang kemudian menjadi asal nama cacar monyet. Namun, kasus pertama pada manusia tercatat di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970.

Gambar Ilustrasi Penyebaran Mpox
Gambar Ilustrasi Penyebaran Mpox (pixabay.com)

Pada awalnya, Mpox lebih banyak ditemui di daerah Afrika Tengah dan Barat. Namun sejak 2022, kasus ini mulai dilaporkan di berbagai negara di luar Afrika, seperti Eropa dan Amerika Utara, yang sebelumnya tidak pernah melaporkan adanya kasus.

Fenomena ini tentu menimbulkan kekhawatiran dan rasa penasaran, bagaimana bisa penyakit yang terbatas di wilayah tertentu tiba-tiba menyebar ke seluruh dunia?

Penyebaran Mpox: Lebih dari Sekadar Penyakit

Sebagai penyakit zoonosis, penyebaran awal Mpox terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Namun, bukan berarti penularannya berhenti di situ.

Mpox dapat menular antar manusia, terutama melalui kontak fisik dengan cairan tubuh, luka, atau benda yang terkontaminasi virus. Misalnya, seseorang bisa tertular jika menyentuh pakaian atau perban yang digunakan oleh penderita Mpox.

Yang menarik, ada spekulasi di masyarakat yang menyebutkan bahwa penyakit ini muncul kembali akibat perubahan lingkungan atau bahkan sebagai bentuk "balasan" dari alam terhadap kerusakan yang kita lakukan.

Meski belum ada bukti ilmiah yang menguatkan teori ini, spekulasi seperti ini sering kali muncul dalam kasus penyakit yang penyebarannya belum sepenuhnya dipahami.

Cerita-cerita misterius seperti ini menambah lapisan ketidakpastian dan kekhawatiran terhadap penyakit ini.

Gejala Mpox: Apa yang Harus Diwaspadai?

Mpox sering kali menampakkan gejala yang mirip dengan cacar biasa. Menurut CDC, gejala awalnya meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Setelah itu, muncul ruam yang biasanya dimulai dari wajah sebelum menyebar ke seluruh tubuh. Ruam ini berubah menjadi bintik-bintik kecil yang berkembang menjadi pustula, kemudian mengeras, dan akhirnya rontok.

Meski terkesan menakutkan, sebagian besar kasus Mpox sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2 hingga 4 minggu. Namun, dalam beberapa kasus, komplikasi seperti infeksi sekunder bisa terjadi, yang menyebabkan pasien perlu mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.

Penyebaran yang Misterius

Salah satu hal yang membuat banyak ahli kesehatan kebingungan adalah bagaimana Mpox bisa menyebar dengan cepat dan meluas dalam beberapa tahun terakhir.

Sebelum 2022, penyakit ini cenderung terbatas di Afrika. Ada beberapa spekulasi mengenai penyebab penyebaran ini, termasuk kemungkinan adanya mutasi virus yang membuatnya lebih mudah menular antar manusia.

Selain itu, teori tentang perubahan iklim dan penebangan hutan yang membuat manusia lebih sering berinteraksi dengan hewan pembawa virus juga sering disebut sebagai faktor penyebab.

Beberapa cerita rakyat bahkan menyebutkan bahwa penyakit ini adalah kutukan roh hutan yang marah karena habitat mereka dirusak.

Meski terdengar seperti kisah misteri, cerita ini mencerminkan betapa manusia masih berusaha memahami keterkaitan antara alam dan penyakit yang menyerang.

Menariknya, ada juga kasus di mana pasien Mpox tidak memiliki riwayat kontak dengan hewan atau penderita Mpox lainnya, yang memunculkan pertanyaan, apakah ada cara penularan lain yang belum kita ketahui? 

Langkah Pencegahan Mpox

Meskipun masih banyak misteri yang menyelimuti penyakit ini, pencegahan tetap menjadi kunci utama untuk melindungi diri. Pertama-tama, menjaga kebersihan diri dan lingkungan adalah langkah paling mendasar.

Hindari kontak langsung dengan hewan yang berpotensi membawa virus ini, seperti hewan liar di daerah endemik.

Selain itu, jika ada orang di sekitar kita yang terinfeksi, penting untuk menghindari kontak langsung dengan benda-benda pribadinya, seperti pakaian, handuk, atau alat makan.

Gunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat orang yang terinfeksi, dan pastikan mereka segera mendapatkan perawatan medis.

Penting juga untuk mengikuti informasi terbaru dari otoritas kesehatan, seperti WHO dan Kementerian Kesehatan, untuk mengetahui perkembangan terbaru tentang Mpox dan langkah-langkah yang dianjurkan.

Mpox: Masa Depan yang Belum Pasti

Mpox mungkin bukan ancaman besar seperti pandemi COVID-19, tetapi dengan segala ketidakpastian yang masih ada, kita tidak boleh lengah.

Pendidikan dan kesadaran tentang gejala dan cara pencegahan harus terus ditingkatkan agar kita lebih siap menghadapi potensi wabah di masa depan.

Di satu sisi, Mpox menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan. Bagaimana virus ini bisa menyebar ke seluruh dunia dalam waktu singkat?

Apakah perubahan lingkungan memiliki peran lebih besar daripada yang kita duga? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini mungkin masih jauh dari jangkauan kita, tetapi yang jelas, kita harus tetap waspada dan siap menghadapi setiap kemungkinan.

Waspadai, tetapi Jangan Panik

Mpox adalah penyakit yang nyata dan serius, tetapi dengan pengetahuan yang tepat, kita bisa mengurangi risiko penyebarannya.

Jangan panik, tetaplah mengikuti perkembangan terbaru, dan pastikan kita mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitar kita.

Referensi :

  • World Health Organization (WHO)
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
  • Centers for Disease Control and Prevention
  • DetikHealth

Posting Komentar