Bayangkan dirimu sedang memasuki ruang pusaka di Keraton Sumedang Larang. Udara terasa hening, seolah waktu berhenti untuk menghormati benda-benda peninggalan sejarah. Di sana, di balik kaca yang terjaga rapi, tersimpan sebuah pusaka berkilau. Pekinangan atau Kawila, seperangkat alat pekinangan terbuat dari emas murni, berdiri anggun dengan ukiran indah yang mampu memukau siapa saja yang melihatnya. Namun, apa sebenarnya kisah di balik pusaka emas ini? Mari kita telusuri lebih dalam.
Pekinangan: Lebih dari Sekedar Wadah, Ini Simbol Kemegahan
Pekinangan atau Kawila bukan sekadar wadah biasa. Ini adalah sebuah karya seni bernilai tinggi yang berasal dari masa kerajaan Pajajaran dan kemudian diwariskan ke Kerajaan Sumedang Larang. Dibuat dari emas murni, setiap elemen dari perangkat pekinangan ini bagaikan ukiran keanggunan yang tak lekang oleh waktu. Perangkat ini terdiri dari:
- Nampan emas
- Mangkok-mangkok kecil berhias tutup cantik
- Bokor emas kecil
- Tempat khusus untuk merajah kinang (menyiapkan sirih)
Sebagai alat seremonial, Pekinangan menyimpan bahan-bahan penting seperti:
- Sirih, simbol persahabatan dan penghormatan
- Kapur sirih, yang melambangkan kemurnian
- Gambir, buah jambe, rempah-rempah, hingga tembakau
Bahan-bahan ini sering dipergunakan dalam acara adat kerajaan dan perjamuan tamu agung. Pada masanya, saat kerabat kerajaan Pajajaran atau Sumedang Larang menjamu tamu penting, Pekinangan menjadi salah satu simbol status, keramahtamahan, dan kemewahan budaya Nusantara.
Dari Pajajaran ke Sumedang Larang: Sebuah Warisan Berharga
Kerajaan Pajajaran, sebagai salah satu kerajaan besar di masa lampau, dikenal dengan keindahan seni dan budayanya. Ketika kekuasaan Pajajaran mulai memudar, sebagian warisan kebesaran mereka diserahkan kepada Kerajaan Sumedang Larang. Salah satu pusaka yang ikut pindah rumah adalah Pekinangan emas ini.
Benda ini bukan sekedar peninggalan, melainkan sebuah simbol peralihan kekuasaan sekaligus pengikat sejarah antara Pajajaran dan Sumedang Larang. Keberadaan Pekinangan juga menjadi pengingat bahwa Sumedang pernah menjadi penerus kejayaan budaya Sunda yang amat kaya.
Filosofi Pekinangan: Simbol Kehangatan dalam Tradisi
Apa sih sebenarnya makna dari Pekinangan ini? Kalau kita melihat lebih dalam, benda ini tak hanya digunakan sebagai wadah sirih, tapi juga punya filosofi yang kuat.
Persaudaraan dan Keramahan
Dalam budaya Sunda, tradisi nginang atau makan sirih dilakukan untuk menyambut tamu. Penyajian sirih dari Pekinangan emas adalah tanda penghormatan tertinggi bagi tamu agung. Ini ibarat "kopi dan snack premium" di masa kini, tapi tentu dengan nilai budaya yang jauh lebih mendalam.
Kemakmuran dan Kemewahan
Emas sebagai bahan utama Pekinangan melambangkan kejayaan dan kemakmuran. Siapa yang tidak takjub melihat kilau emas berpadu dengan ukiran yang rumit nan indah? Pekinangan ini adalah bukti bahwa para pengrajin zaman dahulu memiliki keterampilan seni yang luar biasa.
Kekuatan Warisan Budaya
Hingga sekarang, Pekinangan tersimpan di Cungkup Gedung Pusaka Keraton Sumedang Larang. Benda ini tak hanya berharga dari segi material, tetapi juga dari segi nilai sejarah dan budaya yang tak ternilai harganya.
Pekinangan di Kancah Internasional: Mengharumkan Nama Sumedang
Benda pusaka ini tak hanya berhenti sebagai koleksi dalam lemari museum. Pekinangan atau Kawila pernah menjadi bintang dalam pameran benda pusaka di luar negeri. Keikutsertaannya di kancah internasional menjadi bukti bahwa warisan budaya Sumedang memiliki nilai universal yang bisa dihargai oleh dunia.
Coba bayangkan, para pengunjung dari berbagai negara melihat kilau Pekinangan emas ini sambil bertanya-tanya tentang asal-usulnya. Nama Sumedang pun terangkat, bukan hanya sebagai kota tahu, tetapi juga sebagai kota dengan sejarah dan budaya yang megah.
Wisata Sejarah di Keraton Sumedang Larang
Bagi kamu yang penasaran dan ingin melihat Pekinangan ini langsung, datanglah ke Keraton Sumedang Larang. Tempat ini menyimpan berbagai benda pusaka yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Sunda.
Saat kamu berdiri di depan Pekinangan emas, cobalah bayangkan bagaimana perangkat ini digunakan ratusan tahun lalu dalam jamuan megah para raja dan tamu kehormatan. Siapa tahu, mungkin ada energi sejarah yang ikut tersampaikan padamu.
Tips wisata:
- Jika ingin merasakan suasana lebih hening dan nyaman, sebaiknya berkunjung di pagi hari.
- Jangan lupa membawa kamera (tanpa flash) untuk mengabadikan momen berharga bersama benda pusaka.
- Sempatkan berkeliling melihat koleksi benda pusaka lainnya di keraton.
Pekinangan: Menjaga Warisan, Menghubungkan Generasi
Sebagai bagian dari warisan budaya, Pekinangan mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga tradisi. Di tengah gempuran modernitas, benda-benda pusaka seperti ini adalah pengingat bahwa kita memiliki akar budaya yang kuat dan bernilai tinggi.
Tidak ada salahnya, sesekali kita berkunjung ke museum atau keraton untuk mempelajari sejarah. Siapa tahu, dari sebuah perangkat emas kecil ini, kamu bisa mendapatkan inspirasi baru untuk hidupmu atau sekadar memahami betapa kaya dan megahnya budaya Nusantara.
Sumedang Lebih dari Sekedar Tahu
Sumedang bukan cuma terkenal dengan tahunya yang lezat, tapi juga dengan sejarah dan budayanya yang memesona. Salah satunya adalah Pekinangan atau Kawila, pusaka emas peninggalan Pajajaran yang kini menjadi simbol kejayaan Sumedang Larang. Jika kamu ingin merasakan atmosfer kemegahan kerajaan Sunda, jangan lupa sempatkan diri berkunjung ke Keraton Sumedang Larang dan saksikan langsung keindahan benda pusaka ini.
Jadi, kapan kamu akan menjelajahi sejarah Sumedang? Jangan hanya tahu tahu, ya!
Sumber dan Referensi
- Informasi sejarah dan budaya Pekinangan atau Kawila diperoleh dari situs resmi Virtual Tour Kabupaten Sumedang. Sumber: virtualtour.sumedangkab.go.id.
Posting Komentar