MKcFF1HGV2DPvVbWNgdht7btX7dQr3BVPEQS9h6n

Pabrik Gula Gondang Winangoen, Warisan Zaman Kolonial Banyak Cerita

Pabrik Gula Gondang Winangoen atau lebih dikenal juga dengan sebutan PG Gondang Baru adalah salah satu pabrik gula bersejarah di Indonesia. Di masa kolonial, tempat ini berdiri megah dikenal karena kejayaannya di industri gula di Klaten, Jawa Tengah. Menurut catatan sejarahnya, berdiri sejak tahun 1860, pabrik ini didirikan oleh NV Klatensche Cultuur Maatschappij, sebuah perusahaan Belanda yang bermarkas di Den Haag.

Awalnya, lahan tebu yang dikelola hanya 207 hektar. Namun seiring berkembangnya industri, pada tahun 1925, luasnya melonjak jadi 852 hektar. Ini membuktikan betapa pentingnya peran PG Gondang Winangoen dalam rantai produksi gula di masa Hindia Belanda.

Manisnya Gula, Pahitnya Kolonialisme dan Warisan Belanda di Tanah Jawa

Pabrik gula, pasti nggak bisa lepas dari sejarah penjajahan Belanda. Menurut catatan, setelah VOC bubar, Belanda menerapkan sistem tanam paksa alias cultuurstelsel, salah satunya dengan mendongkrak produksi tebu. Gula jadi komoditas penting karena diminati pasar Eropa.

Hindia Belanda bahkan pernah masuk tiga besar penghasil gula dunia, bersaing dengan Kuba dan India. Tebu jadi primadona baru setelah rempah-rempah, apalagi buat menyeimbangkan rasa pahit dari kopi dan teh yang juga booming di masa itu.

Tanah-tanah di Vorstenlanden (wilayah kekuasaan raja lokal seperti Jogja dan Solo) dipenuhi tanaman tebu. Nah, PG Gondang Winangoen, yang masuk wilayah Karesidenan Surakarta, jadi pemain utama dalam ekspor gula ke Belanda.

Dari Penjajahan ke Kemerdekaan, Gondang Winangoen Tetap Berdiri

Selama pendudukan Jepang (1942–1945), pabrik ini sempat diambil alih. Tapi setelah proklamasi kemerdekaan, pengelolaan berpindah ke tangan Indonesia lewat BPPGN (Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara). Resmi dinasionalisasi pada Desember 1957, namanya pun berganti jadi Pabrik Gula Gondang Baru.

Menariknya, sebelum ada transportasi kereta api, gula-gula hasil produksi dikirim ke Pelabuhan Semarang untuk diekspor. Ini menunjukkan betapa pentingnya jalur distribusi dan peran strategis pabrik ini dalam ekonomi masa lalu.

PG Gondang Sekarang Diam Tapi Tetap Berbicara

Meski operasionalnya berhenti sejak 2017, PG Gondang Winangoen masih berdiri gagah. Mesin-mesin tua dan peralatan produksi masih lengkap—menjadikannya salah satu pabrik gula peninggalan Belanda yang paling utuh.

Bangunan ini bahkan ditetapkan sebagai situs cagar budaya di Klaten, dan sempat jadi lokasi syuting film berjudul Pabrik Gula. Kalau kamu pencinta sejarah, tempat ini adalah tempat yang penuh cerita.

Cerita Mistis PG Gondang Winangoen, Antara Fakta dan Kepercayaan

Nah, ini bagian yang sering bikin merinding. Menurut cerita masyarakat sekitar, Pabrik Gula Gondang Winangun tidak pernah benar-benar "kosong", bahkan setelah tidak lagi beroperasi secara aktif. Banyak warga mengaku pernah melihat entitas anak kecil, sosok laki-laki setengah badan, hingga makhluk misterius berkulit gosong yang dipercaya sebagai korban kecelakaan kerja.

Yang paling ikonik di pabrik gula ini adalah entitas berkepala kerbau dengan tanduk besar dan mata merah menyala. Katanya, itu adalah penjaga gaib pabrik. Beberapa saksi bahkan mengaku pernah melihatnya berdiri di dekat ruang dapur saat malam tiba. Konon entitas ini mempunyai anak-anak berbentuk kambing hitam. Sebagian masyarakat mengatakan, jika entitas ini sebagai simbol dari penguasa alam lain yang ikut terlibat secara gaib dalam pembangunan tempat ini.

Cerita ini diyakini lahir dari perpaduan antara kepercayaan lokal Jawa, praktik kolonial, dan ritual tradisional yang dilakukan oleh para pekerja pada waktu itu. Ngeri-ngeri sedap, ya?

Dari Pabrik hingga Museum Gula Gondang Winangun

Menariknya, menurut informasi dari Balai Pustaka menyebutkan bahwa sebagian dari area Pabrik Gula Gondang Winangoen kini telah dialihfungsikan menjadi Museum Gula Gondang Winangoen, yang diresmikan pada tahun 1982. Museum ini menjadi yang pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara yang secara khusus mengulas tentang sejarah industri gula. Di dalamnya, pengunjung bisa melihat koleksi alat-alat produksi gula zaman dulu, foto-foto dokumentasi, serta arsip-arsip penting yang menggambarkan bagaimana proses penggilingan dan distribusi gula terjadi pada masa kolonial hingga pascakemerdekaan.

Museum ini juga menjadi ruang edukasi yang menarik bagi pelajar, peneliti, maupun wisatawan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kontribusi industri gula dalam sejarah Indonesia. Jadi, selain menikmati nuansa mistis dan arsitektur kolonial, kamu juga bisa belajar banyak dari tempat ini. Seru kan?

Merawat Warisan, Menggali Cerita di Balik PG Gondang Winangoen

PG Gondang Winangoen bukan cuma bangunan tua, tapi saksi bisu perjalanan panjang negeri ini dari manisnya industri gula sampai cerita-cerita entitas yang bikin merinding. Merawat tempat seperti ini berarti kita juga ikut menjaga warisan, sekaligus menggali cerita yang kadang tak tercatat, tapi tetap hidup di hati masyarakat.

Kalau kamu suka tempat bersejarah yang ada bumbu horornya, PG Gondang Winangoen jelas nggak boleh dilewatkan. Karena di setiap sudut bangunannya, bukan cuma debu masa lalu yang tertinggal—tapi juga kisah, pelajaran, dan mungkin... bisikan yang hanya bisa dirasakan, bukan didengar.

Posting Komentar